jelaskan awal berdirinya kerajaan ponti anak
Sejarah
Syafirakarina
Pertanyaan
jelaskan awal berdirinya kerajaan ponti anak
2 Jawaban
-
1. Jawaban mahmudawirdatillah
Kerajaan pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami Pontianak (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. -
2. Jawaban SalmaAma08
Kerajaan Pontianak didirikan pada tahun
1771Masehi oleh Sultan Syarif
Abdurrahman Alkadri. Beliau adalah putera dari Al Habib Hussein,
seorang ulama besar dari Mempawah. Menurut sejarahnya, Al-Habib Husein berasal dari Negeri Arab. Beliau beserta tiga kawannya merantau dari negerinya untuk menyiarkan agama Islam. Dalam perantauannya mereka sampai ke Trengganu (salah satu Negara bagian Malaysia). Kemudian sampailah ia ke Aceh, lalu meneruskan perjalannya sampai ke Semarang. Dari Semarang inilah mereka sampai di Kerajaan Matan (di daerah Ketapang). Sejak saat itu Al Habib Hussein diangkat menjadi penasehat raja. Tidak lama kemudian dikawinkan dengan putrid raja yang bernama Nyai Tua. Dalam perkawinan itu mereka dikaruniai 5 (lima) orang putera dan salah satu diantaranya adalah Syarif
Abdurrahman dilahirkan pada tahun 1742. Ternyata jabatan Al Habib Hussein sebagai Penasehat Raja tidak berlangsung lama.Dia tidak sependapat dengan hukuman mati yang dijatuhkan oleh Sang Raja terhadap salah seorang puteranya. Kesalah pahaman ini mengakibatkan Al Habib Huseein meninggalkan Kota Matan menuju Kerajaan Mempawah. Di Mempawah Al Habib Hussein diterima oleh raja Opu Daeng Menambon. Tidak lama kemudian Al Habib Hussein diangkat sebagai Patih di Kerajaan Mempawah ini. Sementara itu Syarif Abdurrahman yang semakin dewasa telah menunjukkan jiwa maritime (jiwa pelaut) yang tinggi. Ia suka merantau kemana- mana, sehingga ia dikenal sebagai seorang yang pemberani seperti ayahnya. Pada usia 18 tahun, Syarif Abdurrahman dikawinkan dengan Utin Candramidi salah seorang Puteri Daeng Menambon. Pada usia 22 tahun, dia meninggalkan Kota Mempawah menuju Tambelan (Riau). Kemudian sampailah ia di Palembang. Dari Palembang ia kembali ke Mempawah dan tidak lama kemudian melanjutkan perantauannya ke Banjarmasin. Dalam perantauannya, banyak perompak yang telah dikalahkannya dank arena kesukaannya berlayar itulah sehingga sewaktu ayahnya meninggal dunia ia masih berada di Banjarmasin. Al Habib Hussein meninggal pada tahun 1770. Satu tahun setelah Al Habib Hussein wafat, Syarif Abdurrahman mengajak keluarganya untuk membuka lmbaran baru dengan meninggalkan Kerajaan Mempawah. Dari Mempawah dengan 16 kapal serta awak kapalnya, mereka menyususri sungai Kapuas kecil masuk daerah Batu Layang. Di sinilah mereka diganggu makhluk-makhluk halus. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke tempat yang lebih aman. Pada keesokan harinya, Syarif Abdurrahman menembakkan peluru meriamnya sambil berkata : “dimana peluru ini jatuh. Di situlah akan kita bangun Kota Kerajaan”. Akhirnya peluru diketemukan disebuah tempat yang terletak dipertemuan muara sungai Landak dan Sungai Kapuas, tepatnya di tempat di mana Masjid Jami’ Sultan Pontianak berdiri sekarang ini. Setelah yakin akan tempat yang dipilihnya, Syarif Abdurrahman mempelopori turun membabat hutan. Mereka mendirikan Kerajaan baru yang kemudian kerajaannya dinamakan seperti nama hantu yang menganggu awak kapalnya, yaitu Pontianak. Hal ini terjadi pada tahun 1771. Setelah membangun Keraton, kemudian baru membangun Masjid yang pertama yang terletak di depan Keraton itu. Sejak saat itu,resmilah Syarif Abdurrahman memerintah Kerajaan Pontianak yang pertama kalinya. Setelah menjadi raja, beliau memakai gelar Sultan Syarif Abdurrahman Alqadri bin Hussein Alqadri. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri ini ternyata merupakan kerajaan terakhir yang ada di Propinsi Kalimantan Barat.