PPKn

Pertanyaan

Jelaskan strategi yang digunakan Sultan Hasanuddin dalam melawan Belanda

2 Jawaban

  • Perlawanan Sultan Hasanuddin terhadap voc di Makassar 
    Kerajaan Gowa -Tallo merupakan kerajaan dagang. Letaknya amatlah strategis, di antara jalur pelayaran dari Malaka ke Maluku. Ibu kotanya Sombaopu uang merupakan pelabuhan transito yang sangat ramai. Rempah-rempah dari Maluku yang akan diangkut ke Malaka terlebih dahulu ditimbun di gudang-gudang di pelabuhan Sombaopu. 
    Setelah mengetahui arti pentingnya pelabuhan Sombaopu, VOC berusaha menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan dengan kerajaan Gowa-Tallo. Maka VOC mengirimkan utusan untuk menghadap raja Gowa. Raja Gowa pun menerimanya dengan baik. Kerajaan Gowa-Tallo bersedia menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan dengan VOC, atas dasar saling menguntungkan. 
    Semula hubungan kedua belah pihak berjalan baik, namun kemudian hubungan baik tersebut berubah menjadi permusuhan. Sebab VOC mengajukan permintaan-permintaan yang sulit diterima oleh Kerajaan Gowa-Tallo. Apakah permintaan yang diajukan VOC kepada  Kerajaan Gowa-Tallo? VOC minta agar Kerajaan Gowa mau diajak menyerang Banda.VOC minta hak monopoli dagang di Kerajaan Gowa.VOC minta agar kapal-kapal dagang Makasar jangan membeli rempah-rempah di Maluku. Permintaan VOC tersebut ditolak dengan tegas oleh Sultan Hasanuddin, raja Gowa-Tallo. Kapal-kapal dagang Makasar tetap membeli rempah-rempah ke Maluku. Kemudian dijual secara bebas kepada pedagang-pedagang Portugis, Inggris atau Denmark yang datang ke pelabuhan Sombaopu. 
    Maka terjadilah persaingan dagang antara VOC dengan pedagang-pedagang Makasar. Persaingan itu makin lama makin meruncing. Sering terjadi insiden antara kapal-kapal dagang Makasar dengan kapal-kapal VOC di perairan Maluku. 
    Pernah pula VOC mengirimkan armada khusus untuk mengepung bandar Gowa (Sombaopu). Apakah tujuannya? Untuk mencegah agar kapal-kapal asing tidak berlabuh di bandar Gowa, dan kapal-kapal Makasar tidak meninggalkan bandar Gowa. Namun usaha-usaha VOC tidak berhasil. Kapal-kapal asing tetap berlabuh meramaikan bandar Gowa. Demikian pula kapal-kapal Makasar tetap berlayar ke manapun tanpa mempedulikan VOC. 
    Persaingan antara Kerajaan Gowa-Tallo dan VOC kemudian meningkat menjadi perang besar pada tahun 1667. Dalam perang itu, VOC melaksanakan politik divide et impera. Raja Bugis (Bone) yang bernama Aru Palaka dihasut agar melawan Sultan Hasanuddin. Setelah perang berkobar, VOC membantu Aru Palaka. Sultan Hasanuddin bertekad menundukkan Aru Palaka, dan sekaligus melenyapkan kekuasaan VOC di bumi Nusantara. 
    Pertempuran pun berkobar di Buton dan Makasar. VOC juga memperolah bantuan dari orang-orang Ambon di bawah pimpinan Kapiten Jonker. Setelah benteng Barombon pusat pertahanan Makasar direbut VOC, Sultan Hasanuddin pun menyerah. Ia terpaksa menandatangani perjanjian Bongaya. Selengkapnya tentang perjanjian Bongaya dapat di lihat di artikel sejarah Kerajaan Goa dan Talo. 
    Dengan demikian Makasar mengakui kekuasaan dan monopoli VOC. Tetapi Perdamaian Bongaya tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, pertempuran berkobar lagi. Namun akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah lagi. 
    Sejak itu putra-putra Makasar yang tidak mau tunduk kepada VOC pergi merantau. Mereka pergi ke Jawa. Kemudian bergabung dengan para pejuang Jawa melawan VOC. Putra-putra Makasar yang terkenal bergabung dengan pejuang Jawa tersebut adalah Kraeng Galesung. Ia begabung dengan Trunojoyo untuk melawan VOC.


  • Karena keberaniannya , Sultan Hasanudin mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur". Julukan ini justru diberikan oleh lawannya yaitu Belanda, karena merasakan bahwa perang dan perlawanan Sultan Hasanaudin adalah perlawanan yang paling dahsyat yang dirasakan Belanda dibandingkan perang-perang yang lain.

    Sultan Hasanudin naik tahta sebagai raja Gowa ke-16 menggantikan Sultan Muhammad Said. Meskipun sebenarnya bukan putra mahkota, namun pengalaman dan kemampuannya yang luas ditunjuk oleh Sultan Muhammad Said menggantikan dirinya setelah wafat.

    Karena tidak mau tunduk terhadap pemerintah kolonialis Belanda yang berpusat di Batavia, Sultan Hasanudin berkali-kali mendapat serangan dari pasukan Belanda yaitu penyerangan yang pertama terjadi pada tahun1660, kedua terjadi tahun 1666, ketiga tahun 1667 dan keempat pada tahun1669. Perang yang dilakukan oleh Sultan Hasanudin bukan semata-mata untuk mempertahankan tanah air atau mengusir kaum imperialis, namun juga membantu rakyat di luar kerajaannya yang mengalami tindakan kejam yang dilakukan oleh Belanda. Dalam hal ini, pada bulan Maret 1645 Sultan Hasanudin mengirimkan armada yang kuat terdiri dari 100 perahu untuk membantu rakyat Maluku mengadakan perlawanan terhadap kekejaman Belanda yang dikenal dalam sejarah sebagai "Perang Hongi".

    Meskipun pada masa pemerintahannya berulang kali terjadi peperangan, namun Sultan Hasanuddin bukanlah sosok pemimpin yang suka kekerasan dan haus perang. Sifat humanismenya sebagai raja besar nampak pada kesediaannya untuk menerima Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667.

    Isi perjanjian Bongaya antara lain:

    · Sultan hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang dikawasan Makassar dan Maluku

    · VOC memegang monopoly perdagangan di wilyah Indonesia bagian Timur denagn pusatnya Makassar

    · Sultan Hasanuddin harus mengakui bahwa Aru Palaka adalah Raja Bone

    Dengan menerima perjanjian tersebut Sultan Hasanudin dapat mencegah banyaknya korban jatuh di kedua belah pihak, apalagi ternyata pasukannya harus berhadapan dengan bangsa sendiri yaitu Tidore, Ternate, Buton dan Bone yang membantu Belanda. Penghentian sementara perang ini juga merupakan strategi Sultan Hasanudin untuk mengatur nafas sebelum menghadapiperangselanjutnya.

    Sultan Hasanudin wafat pada tanggal 12 Juni 1670 dalam usia yang relatif muda yakni 39 tahun. Dalam usianya yang pendek banyak hal yang telah dikerjakannya, atas jasanya diberikan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI pada tahun 1973.

Pertanyaan Lainnya